Kenapa Turing?

Pertanyaan kenapa Turing (touring) ? belakangan ini sering saya dapati sejak saya kembali aktif turing sepeda motor dalam setahun terakhir ini, mulai 2022 lalu. Pertanyaan wajar dan umumnya diajukan kepada siapa pun terhadap apa pun yg dilakukannya sebagai hobi. Senada dengan pertanyaan kenapa suka makan mie ayam, kenapa tidak suka bubur ayam? kenapa suka pedas atau kenapa suka manis? Tidak ada rumusan standarnya. Hal yang berbagi selera dan keminatan ini tidak bisa diukur secara teknis atau kadang malah tidak logis. Tidak bisa juga diukur secara untung rugi material. (mudah-mudahan) ini adalah seri tulisan saya tentang Turing yang rencananya akan saya tulis dalam beberapa serial tulisan.

Jujurly, tulisan ini dibuat dengan bantuan AI 😀

Turing adalah kegiatan yang melibatkan perjalanan dan menjelajahi tempat-tempat baru. Ada beberapa alasan mengapa orang merasa perlu untuk melakukan tur:

1. Pemenuhan hasrat petualangan: Banyak orang merasa tertarik dengan keindahan alam, keajaiban arsitektur, atau kekayaan budaya yang ada di dunia ini. Mereka ingin menjelajahi tempat-tempat baru, mengalami pengalaman yang berbeda, dan menciptakan kenangan yang tak terlupakan.

2. Peluang belajar: Touring memberikan kesempatan untuk belajar tentang budaya, sejarah, dan kehidupan masyarakat di tempat yang dikunjungi. Melalui perjalanan, Anda dapat mengenal tradisi lokal, mencoba makanan khas, dan berinteraksi dengan penduduk setempat. Ini membantu memperluas wawasan dan pemahaman tentang dunia di sekitar kita.

3. Relaksasi dan rekreasi: Terkadang, rutinitas sehari-hari dapat menjadi monoton dan melelahkan. Turing memberikan kesempatan untuk melepaskan diri dari rutinitas tersebut dan mencari relaksasi. Melihat pemandangan yang indah, menikmati pantai, atau menjelajahi alam liar dapat memberikan ketenangan dan kesegaran pikiran.

4. Menjalin hubungan dan memperluas jejaring sosial: Turing adalah kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama orang-orang yang Anda cintai atau bertemu dengan orang baru. Melakukan perjalanan bersama keluarga atau teman dapat memperkuat hubungan dan menciptakan kenangan bersama. Selain itu, dengan bertemu dengan orang baru, Anda dapat memperluas jejaring sosial dan membangun hubungan dengan orang dari budaya dan latar belakang yang berbeda.

5. Peningkatan kreativitas dan inspirasi: Melihat tempat baru, mengalami hal-hal baru, dan terpapar dengan keindahan alam atau karya seni dapat merangsang kreativitas. Turing dapat memberikan inspirasi baru, membuka pikiran untuk gagasan-gagasan segar, dan membantu Anda melihat dunia dari perspektif yang berbeda.

Tentu saja, alasan untuk melakukan tur dapat berbeda bagi setiap individu. Beberapa orang mungkin mencari petualangan dan tantangan, sementara yang lain mungkin menginginkan waktu santai dan ketenangan. Namun, bagi banyak orang, tur adalah cara untuk menghidupi keinginan eksplorasi dan penemuan dalam hidup mereka

Komodo, Naga Terakhir

Selasa, 22 Maret 2011

“sang Naga Terakhir” Photo by Yudi Febrianda

Papan informasi di Pelabuhan Sape, Sumbawa Timur itu cukup menyita perhatian. Sebenarnya tidak ada yang istimewa kecuali table yang berisi daftar tariff penyeberangan. Tulisan Labuan Bajo-lah yang membuat mata ini terpaku. Hmm…Labuan Bajo..suatu tempat yang sangat menarik. Gerbang menuju P. Komodo, tempat berdiamnya makhluk berbentuk kadal sisa jaman purba yang bernama Komodo. (Varanus komodoensis). Tapi malam itu saya dan Hanin, teman perjalanan saya, Cuma bisa berharap dalam hati, mudah-mudahan suatu saat nanti diberi kesempatan oleh Allah untuk bisa sowan ke mbah Komodo ini (dia dah idup sejak jaman dinosaurus, kebayang kan tua nya?), karena perjalanan saya harus menuju ke arah Barat, ke Dompu, Lakey, Tambora, Satondo, P. Moyo dan berakhir di Lombok. Saya dan Hanin malam itu Cuma bisa mencatat informasi tariff kapal ferry dari Pelabuhan Sape (Sumbawa Timur) ke Labuan Bajo, yaitu Rp. 90.000/org. FYI, di papan informasi itu juga ada tariff untuk Babi, Kerbau, dan Sapi *buat yg pingin murah ongkosnya bisa nyamar jadi Babi tuh
Hari pun berlalu. Bulan Oktober berganti menjadi November. Tiba-tiba kesempatan itu datang. Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata sedang mencari fotografer yang akan dikirim ke P. Komodo untuk membuat materi foto guna memperbanyak voting Komodo National Park for the New Seven Wonders of Nature in the World!. Terutama suara-suara dari luar negeri. Per Desember 2010 posisi Komodo masih berada di rangking ketujuh. Masih perlu banyak promosi lagi. KemenBudpar melalui situs www.indonesia.travel sangat aktif mempropagandakan komodo ini. kenapa dan mengapa nya nanti kita bahas yaa

Kata orang kesempatan tidak datang dua kali. Kesempatan ini apa salah untuk dicoba. Di sela-sela waktu ngurusin bantuan di Merapi, saya sempatkan mengirimkan contoh karya dan data diri ke Panitia. Setelah itu kesibukan mengurus bantuan untuk korban Merapi kembali menyita waktu dan melupakan saya tentang Hunting ke P. Komodo ini.
Tengah malam tanggal 24 November 2010, sewaktu baru saja pulang ke Posko abis nganterin bantuan untuk Merapi, tiba-tiba ada email masuk dari Panitia yg memberitahu saya terpilih ikut Hunting foto ke P. Komodo. Alhamdulillah…. Mungkin malam waktu di Pelabuhan Sape itu Allah mencatat keinginan saya. mbah Komodo!!! Saya akan datang menjengukmu……
Diberitahukan bahwa saya dan 24 teman-teman fotografer lainnya akan berangkat hari Minggu tanggal 28 November 2010 dan akan pulang tanggal 1 Desember 2010. Dan kebetulan tugas untuk Merapi berakhir tanggal 26 November 2010. Ah, Allah benar-benar maha sutradara. Sempurna sekali pengaturannya.
Minggu, 28 November 2010 sekitar jam 06.00 kami, 25 fotografer terpilih sudah berkumpul di Bandara Soekarno Hatta – Tangerang, bersiap untuk berangkat ke Kupang. Kenapa harus ke Kupang dulu? Padahal Kupang kan berada di Pulau Timor, di sebelah Timur pulau Flores. Usut punya usut ternyata penerbangan yang seharusnya Jakarta – Denpasar – Labuan Bajo tidak bisa karena pesawat dengan rute tersebut baru berangkat keesokan harinya. Yaa….itung-itung bonuslah. Bisa semalam dulu di Kupang, ibukota Propinsi Nusa Tenggara Timur. Sekitar jam 15.00 WITA kami mendarat di Bandara El Tari – Kupang. Setelah menunggu bagasi cukup lama, maklum perabotan lenong para fotografer banyak banget, kami menuju ke Hotel untuk istirahat.
Matahari di Senin pagi itu sangat cerah. Secerah semangat kami yang sudah tidak sabar untuk ketemu dengan Komodo. Dari Kupang kami harus meneruskan perjalanan dengan pesawat Fokker “Aviastar” menuju Labuan Bajo. Sebuah kota kecil di Barat pulau Flores, termasuk dalam kabupaten Manggarai Barat. Dari Labuan Bajo perjalanan diteruskan dengan speedboat ke P. Rinca, salah satu lokasi habitat komodo selain P. Komodo dan P. Padar. Ke semua Pulau-pulau ini termasuk dalam Taman Nasional Komodo (TNK). Dari Pelabuhan Labuan Bajo dengan Kapal Marry Makin kami menempuh perjalanan sekitar 40 menit ke Loh Buaya di P. Rinca. Di P. Rinca ini diperkirakan populasi Komodo ada sekitar 1.300 ekor. “Jangan Tanya jumlah pastinya”, kata Tebursio Dacosta, ranger asal Komoro – Dilli – Timor Leste atau jagawana yang menemani kami. Sesama komodo bisa saling makan jika mereka terdesak atau bisa saja mati tanpa diketahui oleh petugas TNK.

Labuan Bajo, Manggarai Barat – Flores (photo by Yudi) 

Ada kisah unik yang dialami oleh Dacosta dan Jackson. Mereka menceritakan bahwa si Buntung, nama seekor komodo karena ekornya sudah buntung digigit oleh komodo lain, kalah berkelahi dengan komodo lain. Sampai kepala komodo lain tersebut sudah masuk ke dalam perut si Buntung untuk memakan isi perutnya. Dacosta dan Jackson yang menyaksikan dari kejauhan meninggalkan laga antar komodo ini karena takut jadi sasaran berikutnya. Mereka sudah yakin si Buntung pasti tamat riwayatnya hari itu. Tapi sekitar 2 minggu kemudian si Buntung tiba-tiba muncul kembali dengan kondisi sehat walafiat. Komodo sakti!!

Sesampainya di Loh Buaya, P. Rinca kami menuju ke kantor TNK dengan berjalan kaki sekitar 15 menit. Di sini ada 4 ekor komodo yang sedang bermalas-malasan di halaman kantor TNK. Informasi pak Shaleh, salah satu Jagawana, komodo-komodo yang berkeliaran di sekitar kantor TNK ini sebenarnya komodo liar yang datang karena mencium bau amis sisa mencuci dan membersihkan ikan dari dapur kantor. Mereka nampaknya memang jinak dan bermalas-malasan. Tapi yang namanya komodo tetaplah komodo. Ketika gairah makannya bangkit dia bisa memakan siapa saja.  Atau ketika kondisi dia kaget, komodo bisa mendadak jadi agresif. Pernah seorang ranger digigit dan nyaris tewas ketika sedang berada di dalam kantor. Siang itu sang ranger sedang menulis laporan jumlah pengunjung yang datang ke TNK. Tiba-tiba dia merasa ada sesuatu yang basah di kakinya. Ketika dia melihat  kebawah, ternyata seekor komodo sedang menjilati kakinya yang tidak pakai sepatu. Dia kaget, komodo kaget. Dia kaget dengan bereaksi segera menarik kakinya sedangkan komodo kaget segera menggigit kakinya. Dengan bersusah payah dia berusaha lepas dari cengkraman makhluk purba mengerikan itu. Setelah lolos dengan darah membanjiri lantai rumah, dia menyelamatkan diri dengan naik ke lemari. Untung saat itu ada ranger lain yang segera menghalau komodo nyasar itu dengan tongkat. Dibutuhkan 3 orang ranger dan tongkat “sakti” untuk bisa menggiring komodo tersebut keluar rumah. Sedangkan sang korban dilarikan ke Labuan Bajo. Dan untungnya lagi, saat itu sedang pada pesawat yang akan berangkat ke Denpasar. Segera ranger naas tersebut dilarikan ke Denpasar untuk perawatan lebih lanjut. Alhamdulillah akhirnya dia selamat. Jika terlambat, mungkin hari itu adalah hari terakhirnya di muka bumi ini.

Sayangnya ketika memulai perburuan Komodo di P. Rinca ini, hujan turun dengan derasnya. Terpaksa kami cuma di sekitar kantor TNK saja, menikmati komodo-komodo yang sedang menunggu makanan dari dapur kantor. Tidak terlalu lama di P. Rinca, perjalanan dilanjutkan ke P. Kalong untuk menyaksikan ribuan kelelawar keluar dari sarangnya di kala matahari tenggelam dengan cahaya keemasannya.

Matahari sudah tenggelam dan kembali ke peraduannya. Langit gelap. Yacht yang membawa kami mengarah ke Labuan Bajo. Saatnya untuk istirahat dan  menghitung penghasilan hari ini 🙂 

Hari kedua, menjelang subuh serombongan fotografer sudah bergerak menuju pelabuhan Labuan Bajo. Kapten Perancis itu sudah menunggu bersama Yach-nya. Matahari belum menampakan sinarnya ketika Yach tersebut mulai bergerak ke Barat menuju P. Komodo.

Ya, hari kedua ini perjalanan kami teruskan ke P. Komodo.  

Keterangan foto tidak tersedia.
Photo by Bambang Wijanarko
Keterangan foto tidak tersedia.
Keterangan foto tidak tersedia.
Keterangan foto tidak tersedia.

Catatan Akhir Timor Timur : Cinlok Yang Gagal Total

Yoka dan Bebe, dua gadis keturunan Portugis yg kukenal saat Kampanye Pro Kemerdekaan di Dilli, Agustus 1999. Mereka cerita kalau orang tua mereka punya restoran Portugis di daerah Bekora. Beberapa hari kemudian naluri lelaki muda nan cunihin mendorong langkahku berkunjung ke restorannya Yoka Bebe. Kebetulan hari itu sedang kosong. Tidak ada kegiatan. Aku dan beberapa teman mencoba menu di restoran Portugis tersebut. Selesai makan aku merokok di tepi jalan luar restoran. Sambil melihat-lihat keadaan sekitar. Seberang restoran tersebut ada sebuah kali besar. Sementara di seberangnya ada seruas jalan yg membentang sejajar dengan ruas jalan di depan rumah Yoka & Bebe.

Tak lama aku melihat tiga orang lelaki gondrong pakai jaket panjang menyerupai jubah dan terlihat ada yg menyembul di belakang pundaknya. Mereka berjalan ke arah restoran dan menatapku dengan tajam. Aku sempat beradu pandang dan merasa ada sesuatu yang tidak baik. Segera aku masuk ke restoran. Mereka pun ternyata masuk area restoran. Kulihat mereka berbincang-bincang dengan Niki, kakak laki-lakinya Yoka. Tak lama mereka pergi. Niki menghampiri kami. Aku yg masih deg-degan tak sabar menanyakan ke Niki, apa yg dibincangkan dengan tiga lelaki gondrong berjaket tersebut. Niki bilang, tiga org tersebut baru keluar dari hutan menanyakan aku karena mereka baru melihatku. Niki memberi tahu mereka kalau aku adalah temannya. Lega aku saat itu. Ketika pamit pulang aku masih sempat berencana dalam hati, besok main ke restoran ini lagi. Target utama belum tercapai, yaitu mengenal lebih dekat dgn Yoka & Bebe.

Dua hari kemudian aku ke sana lagi. Namun kali ini suasana tidak seperti biasanya. Jalanan menuju restoran Yoka Bebe sangat sepi. Lengang seperti kuburan. Tadi malam memang sempat ada bentrokan dan penembakan yg menewaskan beberapa orang. Begitu tiba di rumah Yoka Bebe yang merangkap restoran ternyata restorannya tutup. Kedatangan ku dan teman-teman kali ini disambut dingin dan wajah yang tegang. Yoka membukakan pintu langsung masuk manggil Niki. Begitu Niki keluar, dia dengan wajah tegang bilang,

kaka, maaf. Sebaiknya kaka segera pergi dari sini. Kami tidak mengusir tapi di seberang masih ada 5 mayat belum diangkat dan di ujung jalan Pasukan Aitarak sdh siap menyerbu ke sini“.

Aku terkesiap dan tanpa banyak bicara segera pamit dan pergi. Tak lama jalan kaki ke arah Selatan, terdengar suara baku tembak dari arah rumah Yoka Bebe. Aku tak berani menengok ke belakang. Fokus bagaimana untuk segera menjauh dari lokasi tersebut.

Sejak saat itu aku tak pernah bertemu dengan Yoka, Bebe dan Niki. Niat mau cinta lokasi gagal total bahkan sebelum sempat ngobrol sama duo gadis keturunan Portugis tersebut.

Beberapa tahun lalu saya menemukan sebuah video rekaman kerusahan di Dilli tahun 1999. Dalam video tersebut terlihat jelas lokasinya di sekitar rumah Yoka dan Bebe.

Jangan Berbisik Di Tengah Orang Ramai

Dulu aku sering dimarahi ibu kalo sedang ngobrol rame-rame trus bisik-bisik berdua.
“Oiii…jaan babisiak tangah urang rami. Ilang kabau urang beko”
(Oii…jgn berbisik di tengah orang rame. Nanti hilang kerbau punya org lain)

Teguran yg ditambah kiasan, “hilang kerbau org nanti” yg maksudnya, berbisik ditengah org ramai seperti perilaku org yg hendak bersiasat berbuat jahat, maling kerbau.

Aku waktu itu spontan berhenti berbisik dan kembali berbaur dgn yg lain.
Dan sistem nilai tsb tertanam didiriku.

*

Berpuluh tahun kemudian ketika ku dewasa dan hidup di rantau dan banyak berinteraksi dgn beragam orang dgn latar belakang, budaya, etnis yg berbeda2
Semakin banyak aku terlibat dlm kumpulan resmi maupun tdk resmi yg isinya beragam org tsb.
Namanya di rantau, bertemu dgn orang sekampung tentu akan sangat senang sekali. Serasa bertemu saudara dan bisa saling berbicara dgn bahasa kampung dgn lepas. Ada kerinduan dan kenyamanan tercipta dgn komunikasi dgn bahasa kampung tsb. Apalagi jika bisa jd alat tawar sehingga dpt harga “awak samo awak”

Tapi ketika dlm forum bersama yg orang-orangnya dari ragam etnis/budaya aku justru sungkan berbahasa kampung walau ada org sekampung di situ. Begitu jg dia. Bahkan kalo terpaksa di-bahasa Indonesia-kan bahasa kampung tu walau kedengarannya aneh 🙂

Aku hanya teringat nasihat ibu waktu kecil dulu, jgn berbisik di tengah org ramai. Yg jika dimaknai lbh dalam maksudnya adalah jgn berkomunikasi scr tertutup dimana org lain tdk ngerti. Hal ini berpotensi menimbulkan salah paham.

Itu alasan secara personal.

Komunikasi yg jd exclusive di tengah forum bersama cenderung menimbulkan ketidakseimbangan komunikasi yg ujung-ujungnya bisa menimbulkan stigma negatif atau malah jd sentimen negatif.
Simpanan sentimen dan stigme negatif tsb jika terakumulasi tinggal dikasih percikan api maka akan jd ledakan besar.
Ingat kasus SARA di beberapa daerah konflik yg melibatkan konflik antar etnis? Rata-rata terjadi bukan begitu saja. Ada ledakan sentimen negatif yg muncul.

Untunglah dulu para pendahulu kita ke-ide-an bikin Sumpah Pemuda dan bahasa Indonesia. Kebayang kan kalo gak ada Bahasa Indonesia gimana komunikasinya ratusan etnis di Indonesia ini berkumpul dgn bahasa masing-masing

1 Maret 2016
Yudi F

New Normal ? Basiii…

Belakangan ini kita disodorkan sebuah Istilah baru, “New Normal”. Berbagai sudut pandang mencoba menafsirkan istilah baru tersebut. Mulai dari yang resmi merujuk pada keterangan pemerintah yang mengeluarkan istilah tersebut,

Definisi new normal adalah skenario untuk mempercepat penanganan COVID-19 dalam aspek kesehatan dan sosial-ekonomi. Pemerintah Indonesia telah mengumumkan rencana untuk mengimplementasikan skenario new normal dengan mempertimbangkan studi epidemiologis dan kesiapan regional.

Baca selengkapnya di artikel “Apa Itu New Normal dan Bagaimana Penerapannya Saat Pandemi Corona?”, https://tirto.id/fCSg

Sementara arti kata Normal itu sendiri adalah

normal /nor·mal /a 1 menurut aturan atau menurut pola yang umum; sesuai dan tidak menyimpang dari suatu norma atau kaidah; sesuai dengan keadaan yang biasa; (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Ada kata kunci dalam pengertian Normal yaitu menurut pola yang umum dan keadaan yang biasa. Sesuatu bisa dikatakan normal jika mengikuti pola yang umum dan jadi hal yang biasa.

Jadi sesuatu yang normal adalah sesuatu yang sudah jadi kebiasaan, sudah membentuk pola umum. Contohnya di masyarakat perkotaan adalah normal makan di restoran setiap hari tapi bagi masyarakat di pedesaaan makan di restoran adalah hal yang spesial karena tidak setiap hari bisa mereka lakukan. Atau jika berdasarkan periode waktu, sampai 2015 menggunakan Blackberry adalah sebuah kenormalan bagi masyarakat yang mempunyai akses telekomunikasi. PIN BBM menjadi sebuah second ID. memasuki 2015 sampai 2020 ini, platform chat Whatsapp menggantikan posisi BBM. pake BBM justru dianggap kuno. Whatsapp jadi sebuah hal yang normal. BBM tidak normal. Padahal sebelumnya menggunakan BBM adalah normal dan menggunakan Whatsapp justru tidak normal.

Atau jika kita kaitkan dengan gaya hidup, pada tahun 80-90an, isi saku celana atau barang bawaan wajib kita saat bepergian cuma dompet saja bagi laki-laki. Memasuki tahun 2000-an sudah ada tambahan Handphone. Tidak normal rasanya jika seseorang tidak membawa handphone.

saya tidak mengambil contoh perubahan peradaban dari masa kegelapan, aufklarung, sampe masa industri 4.0 ini. karena mungkin akan terlalu jauh contohnya.


Sebenarnya kita sudah sering memasuki fase yang disebut New Normal tersebut. setiap perubahan akan membawa kita ke fase New Normal. Namun bedanya dengan New Normal sekarang adalah proses perubahannya yang sangat cepat. Kita tiba-tiba harus merubah banyak hal dalam berperilaku.

Jadi kalo sekarang muncul konsep New Normal, bagi saya itu adalah konsep basi. Bukan sesuatu yang baru. Yang baru hanyalah perubahan perilaku yang harus diikuti karena kondisi yang “memaksa”.
Kalo pun tetap akan menggunakan istilah New Normal, mungkin perlu ditambahkan angka urut di belakangnya. New Normal 5.0 misalnya. Untuk membedakan dengan New Normal 1.0, New Normal 2.0, New Normal 3.0 dan New Normal 4.0. Jika dianalogikan ini seperti proses update Aplikasi saja dengan fitur baru 🙂

Para ahli nanti pasti bisa memetakan periode New Normal ini. Tentu dengan data-data dan analisa yang lebih kuat.

Oleh karena itu tidak usah gagap dan gamang dengan New Normal. Kita hanya perlu beradaptasi dengan sesuatu yang baru. Proses yang sebenarnya sudah sering kita lakukan. New Normal 5.0 kita hanya perlu membiasakan diri untuk jaga kebersihan (hal yang sejak duluuuuu sekali sudah diharuskan), menggunakan masker dan jaga jarak agar tidak terlalu dekat dengan yang lain. Bagi saya yang tidak suka berada dalam keramaian, jaga jarak ini jadi legitimasi untuk kenyamanan saya tersebut

Selamat datang di New Normal 5.0,

Update terbaru :

  • Wajib Menggunakan Masker
  • Wajib Menjaga Kebersihan
  • Jaga Jarak

(Katanya) Pancasila

Katanya,
Ketuhanan yang maha esa
nyatanya,
Keuangan yang maha kuasa

katanya,
kemanusiaan yg adil dan beradab
nyatanya,
kemanusiaan yg bathil dan biadab

katanya,
Persatuan Indonesia
nyatanya,
Perseteruan Indonesia

katanya,
Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan, Dalam Permusyawaratan dan Perwakilan
nyatanya,
Kerakyatan dihabisi oleh kebijakan dalam persengkokolan dan penzaliman

katanya,
Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia
nyatanya,
Keadilan sosial (hanya) bagi wakil rakyat Indonesia

– Tabalong, 6 Juni 2013 –

Hierofani, Peristiwa Penampakan

Peristiwa penampakan #MakhlukGaib menurut Mircea Eliade disebut peristiwa #Hierofani

Salah satu fungsi Peristiwa #Hierofani adalah utk menguatkan eksistensi #MakhlukGaib dlm alam pikiran dan bawah sadar manusia

Fungsi lain peristiwa #Hierofani utk menguatkan Mitos, menguatkan eksistensi aktor dlm mitos atau penguasa. Cth : penampakan Ratu Kidul

Dgn adanya penampakan #MakhlukGaib maka mitos nya kan menguat. Aktor dlm mitos jg makin kuat eksistensinya.

Penampakan Ratu Kidul akan menguatkan mitos dan eksistensi Sultan yg jd variable dlm mitos tsb.

Kalo diurut proses nya : Mitos > penampakan #MakhlukGaib / peristiwa #Hierofani > eksistensi > kekuasaan / rules

Dan mitos sering digunakan oleh masy adat utk menjaga eksistensi kekuasaan, alam, adat, dll #Hierofani

Perempuan Dengan Karang Dihatinya

Perempuan ini awalnya kukira adalah perempuan lemah, manja, cengeng dan sakit-sakitan.
Tak lama mengenalnya lebih dekat, kulihat ada karang dalam hatinya. Ada api menyala dibalik matanya yg kecil.
Dia adalah pejuang tangguh. Siap hidup susah dan berjuang untuk menang. Maka dengan yakin kunikahi dia. Kebetulan dia juga mau. Kami sepakat untuk berjuang dan berpetualang bersama sebagai satu tim. Sepakat untuk memulai kehidupan bersama-sama.

Kemping Pertama di Lembah Pundun

Ketika rutinitas harian semakin menjemukan disaat itulah perlu untuk sejenak keluar dari kotak rutinitas dan kebiasaan. Perlu sesuatu yg lain dan menyegarkan

Bagi saya dan bininda plus anak2, sejak tinggal di paling utara Kalsel, kemping adalah jawabannya.
Tidak mudah mencari lokasi yg mendekati ideal. Tempat kemping yg asik itu adalah datar, dekat sungai, aman, dan sejuk. Syukur-syukur mudah dicapai.

Kemarin, Sabtu-Minggu, 15-16 Okt 2016, kami mencoba daerah baru utk kemping. Konon menurut info dari penduduk sana, kami lah yg pertama kali kemping di daerah Pundun, desa Purui, Kec. Jaro, Tabalong.
Sekitar 50 km dari Tanjung.

Lokasi ini nyaris sempurna. Sejuk dan dingin di subuh. ada sungai. Posisinya di hulu sungai, air jernih dan tdk dalam sehingga relatif tdk bahaya untuk anak2 bermain air.
Bisa diakses dengan kendaraan roda 4 walau hrs melewati beberapa titik jalan yg ancur.
Pemuda2 desanya ramah dan sopan.
Dan yg penting, relatif bersih dari sampah2 plastik.

Saat ini lokasi tsb dlm proses pembenahan oleh pemuda2 desa. Semalam sempat diskusi banyak ttg bagaimana menjadikan lokasi ini jd destinasi wisata yg aduhai.